Well come to the Blog Xtotal...

Xtotal.blogspot.com Inspirasi untuk melepaskan segala kelelahan sejenak Sependapat atau bertentangan tetap sahabatku Cocok atau tidak cocok tetap sahabatku Berjumpa atau tidak, tetap sahabatku Sahabat yang tanpa syarat Tak pernah saling melihat Tak pernah saling mendekat Tak mau saling mengikat Dihati kita melekat Jauh di mata dekat di hati

Jadilah diri sendiri, jangan berusaha menjadi orang lain karena kelak akan membuat dirimu menyesal...

Bahaya di balik kelesatan Junk Food

 
Makanan Junk Food rasanya sangat lezat dan orang yang melihatnya pasti ingin menggigitnya. Sulit rasanya menolak selera untuk menikmati makanan junk food, tetapi mengonsumsi junk food dalam waktu yang harus dihentikan, karena makanan tersebut sangat berbahaya terhadap tubuh. Pertanyaannya, mengapa makanan yang relatif mahal tersebut membahayakan terhadap tubuh kita?
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus mengurangi makan junk food:
 
1. Junk Food dibuat menggunakan banyak lemak jenuh. Lemak tersebut tidak sehat dan pada pencernaan dapat melepaskan banyak racun ke dalam tubuh kita. Tubuh kita mendapatkan makanan makanan tetapi tidak sehat.
2. Junk food kadang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak begitu bersih. Dalam jangka panjang, ini bisa merusak perut, hati, dan usus kita.
3. Junk food tidak mengandung vitamin dan mineral dan banyak nutrisi dalam makanan tersebut yang tidak dimasak dengan benar dan dalam makanan mentah. Tubuh tidak mendapatkan vitamin dan mineral yang diperlukan untuk mendapatkan kesehatan yang baik dan kekebalan dari penyakit. Akibatnya, itu membuat orang yang sering memakan makanan tersebut sangat rentan terhadap penyakit.
4. Junk food membuat Anda menambah berat badan. Orang yang memiliki obesitas atau obesitas morbid adalah mereka yang memiliki preferensi ngemil yang kuat terhadap junk food.
5. Makan junk food bisa membuat Anda rentan terhadap diabetes, karena terlalu banyak mengandung gula. Anda juga bisa menjadi rentan terhadap penyakit jantung dan tekanan darah karena garam dan lemak tinggi ditemukan di jenis makanan.
6. Junk food mengandung pengawet dan pewarna, baik yang mengandung zat karsinogenik atau tidak.
7. Dalam jangka panjang, sebenarnya junk food mempercepat efek penuaan. Orang-orang yang sering mengonsumsi junk food akan menunjukkan tanda-tanda usia tua lebih cepat. Hal ini karena memakan junk food dalam waktu lama mengakibatkan tubuh mengonsumsi gizi buruk. Hasilnya adalah pelepasan radikal bebas yang merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas efek penuaan.
Kebiasaan memakan junk food terlihat terutama pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengakibatkan kesehatan mereka menurun. Faktor utama yang menarik orang untuk makan junk food adalah rasanya. Rasa ini harus diganti dengan makanan yang dimasak dengan baik dan lezat, namun pada saat yang sama sehat bagi tubuh. Apabila kita menyukai makanan junk food, maka cara mengatasinya adalah dengan memperbanyak memakan sayuran dan buah-buahan.
 
Sumber: helpfulheathtips.com

Alasan mengapa badan perlu di Pijat


BAGI kebanyakan orang Indonesia, pijat sudah jadi kebutuhan saat badan terasa lelah atau sakit. Tapi memang ada alasan kenapa orang perlu dipijat. Jadi, pijat bukan hanya sekadar hobi atau kebiasaan saja.
Mendapatkan pemijatan yang tepat dan dilakukan oleh orang yang memang benar-benar tahu cara memijat akan memberikan banyak manfaat, terutama untuk relaksasi santai dan menghilangkan stres.
Pijat ada yang dilakukan dengan cara tradisional, modern atau campuran keduanya, serta ada juga yang mengembangkan pemijatan untuk terapeutik.
Seperti dikutip dari Healthmad dan Buzzle, Rabu (24/11/2010) ada beberapa hal yang membuat setiap orang perlu dipijat, yaitu:
  • Pijat secara signifikan dapat mempengaruhi sistem saraf perifer, meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf, melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan mempercepat proses regenerasi (pemulihan) saraf yang cedera, serta mencegah gangguan pembuluh darah dalam hal komunikasi dan suplai.
  • Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan kapiler cadangan. Hal ini akan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan proses reduksi oksidasi, memfasilitasi jantung dan berkontribusi terhadap redistribusi darah dalam tubuh. Serta memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit, eritrosit dan hemoglobin tanpa mengganggu keseimbangan asam-basa.

  • Pijat mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan gizi jaringan, mengurangi stasis pada sendi serta organ dan jaringan lain.

  • Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, ekskresi dan pernapasan kulit. Setelah dipijat kulit akan menjadi lebih kenyal seta meningkatkan pengaruhnya terhadap suhu (sensitifitasnya menurun terhadap suhu dingin).

  • Pijat bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi kontraktil yang mempercepat keluarnya metabolit (hasil metabolisme). Hal ini tergantung dari seberapa kuat dan cepat pijat yang dilakukan.

  • Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam otot-otot dan memulihkan keadaan normalnya.

  • Piijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah. Karena sirkulasinya membaik, maka pada gilirannya organ-organ yang ada di dalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih baik.

  • Pijat bisa membantu mengatasi nyeri otot superfisial dan memperbaiki postur tubuh yang buruk, hal ini karena pijat dapat bekerja memanipulasi otot dan sendi.
Seseorang tidak perlu terlalu banyak mendapatkan pijat. Efek terapi dan santai yang didapatkan dari pijat sangat baik untuk tubuh, karenanya setiap orang perlu mendapatkan pemijatan yang baik.

Sumber: lintasberita.com

Keajaiban dari sebuah Ketekunan

Aku adalah seorang mantan guru sekolah musik dari Des Moines, Iowa. Selama 30 tahun aku mengajar piano. Selama itu pula aku menemukan bahwa setiap anak mempunyai kemampuan musik yang berbeda. Aku tidak pernah merasa telah berbuat sesuatu yang besar, walaupun aku telah mengajar beberapa murid yang berbakat. Meski demikian, aku ingin bercerita tentang seorang muridku yang paling berkesan, namanya Robby berumur 11 tahun saat ibunya memasukkannya untuk mengikuti les pertama kalinya. Sebenarnya, aku lebih suka kalau muridku mulai belajar pada usia yang lebih muda. Dan, aku menjelaskan hal tersebut kepada Robby. Tetapi, Robby mengatakan bahwa ibunya ingin sekali mendengar ia bermain piano. Jadi, aku menerimanya sebagai murid.

Lalu, Robby memulai kursus pianonya. Sejak awal, aku berpikir bahwa ia tidak ada harapan. Robby mencoba, tetapi ia tidak mempunyai perasaan akan nada maupun irama dasar yang perlu dipelajari. Namun, ia dengan serius mempelajari tangga nada dan beberapa pelajaran awal yang aku wajibkan untuk dipelajari oleh semua murid.

Selama beberapa bulan, ia terus mencoba dan mendengarnya dengan ngilu, tetapi tetap memberinya semangat. Setiap akhir pelajaran mingguan, dia selalu berkata, “Ibuku pasti akan mendengarkan aku bermain piano pada suatu saat nanti.” Tetapi, rasanya sia-sia saja. Ia memang tidak mempunyai bakat.

Aku sering melihat ibunya dari jauh, saat menurunkan dan menjemputnya. Ia hanya tersenyum dan melambaikan tangan, tetapi tidak pernah turun. Pada suatu ketika, Robby tidak datang les lagi, dan aku pernah berpikir untuk menghubunginya. Tetapi, dalam hati aku berpikir bahwa karena ketidakmampuannya, mungkin ia mengambil kursus bidang lain. Aku juga senang karena ia tidak datang lagi. Ia menjadi iklan yang buruk bagi tempat kursusku!

Beberapa minggu sesudahnya, aku mengirimkan undangan kepada semua murid, termasuk Robby, mengenai pertunjukan yang akan dilaksanakan. Hal yang membuatku kaget adalah ketika Robby meminta agar ia dapat ikut bermain dalam pertunjukan tersebut. Awalnya, aku menolak dan mengatakan bahwa pertunjukan itu hanya untuk murid yang ada sekarang. Karena ia telah keluar, tentu ia tidak dapat ikut serta. Robby mengatakan bahwa ibunya sakit sehingga ia tidak bisa mengantarnya ke tempat kursus, tetapi dia tetap terus berlatih.

“Bu Honford, tolonglah… aku ingin ikut bermain!” Ia meminta dengan memelas. Aku tidak tahu hal apa yang membuatku akhirnya mengizinkannya bermain pada pertunjukan itu. Mungkin karena kegigihannya atau mungkin ada suara yang berkata dalam hatiku bahwa ia akan baik-baik saja.
Tibalah malam saat pertunjukan itu berlangsung. Aula itu dipenuhi oleh orang tua, teman, dan relasi. Aku menaruh Robby pada urutan terakhir untuk bermain sebelum giliranku maju ke depan, untuk berterima kasih dan memainkan bagian terakhir. Aku yakin bahwa Robby akan membuat kesalahan dan aku akan menutupinya dengan permainanku.

Pertunjukan itu berlangsung tanpa masalah. Murid-murid telah berlatih dan hasilnya baik. Lalu, tibalah giliran Robby untuk naik ke panggung. Bajunya kusut dan rambutnya berantakan. “Kenapa dia tidak berpakaian seperti murid lainnya?” pikirku, “Kenapa ibunya tidak menyisir rambutnya, setidaknya untuk malam ini?” Robby menarik kursi piano dan mulai bermain.
Aku terkejut saat ia menyatakan akan memainkan Mozart Concerto #21 pada C Major.
Jarinya lincah di atas tuts, bahkan menari dengan gesit. Ia berpindah dari pianissimo ke fortissimo… dari allegro ke virtuoso. Accord gantung yang diinginkan Mozart sangat mengagumkan! Aku tidak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan oleh seorang seusia dia dan sebagus itu!
Setelah enam setengah menit, Robby mengakhirinya dengan crescendo besar dan semua orang terpaku di sana, dengan tepuk tangan yang meriah. Dengan berurai air mata, aku naik ke panggung dan memeluk Robby dengan sukacita. “Aku belum pernah mendengar kau bermain seperti itu, Robby! Bagaimana kau dapat melakukannya?”

Melalui pengeras suara Robby menjawab, “Ibu Honford… ingatkah saat kukatakan bahwa ibuku sakit? Ya, sebenarnya ia sakit kanker dan ia telah meninggal dunia pagi ini. Dan sebenarnya… ia tuli sejak lahir. Jadi, hari inilah ia pertama kali mendengar aku bermain piano. Dan, aku ingin bermain secara khusus.”
Tiada seorang pun yang matanya kering malam itu. Ketika orang-orang dari panti sosial membawa Robby dari panggung ke ruang pemeliharaan, aku menyadari bahwa meskipun mata mereka merah dan bengkak, betapa hidupku jauh lebih berarti karena telah mengambil Robby sebagai muridku.
Tidak, aku tidak pernah menjadi penolong, tetapi malam itu aku menjadi orang yang ditolong oleh Robby. Dialah guru dan akulah muridnya.

Karena Robby-lah yang mengajarkan arti ketekunan, kasih, percaya pada diri sendiri, dan bahkan mau memberi kesempatan kepada seseorang yang dianggap buruk.
Peristiwa ini semakin berarti bagiku, saat aku mendengar kabar bahwa Robby terbunuh dalam pengeboman yang tidak masuk akal yang terjadi di Alfred P. Murah Federal Building di Oklahoma pada bulan April 1995. Saat itu dilaporkan bahwa Robby sedang bermain piano.
Oleh sebab itu, percayalah bahwa ketekunan, kasih, dan rasa percaya diri akan memiliki suatu arti. Ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

***

Begitulah, kadang kala kita begitu mudah menganggap remeh orang lain. Kita kadang tidak pernah mau memberikan kesempatan kepada orang lain untuk membuktikan kemampuannya atas sesuatu. Kita lebih sering mengukur dan menimbang kemampuannya melalui penglihatan fisik. Penilaian yang diambil dalam waktu singkat melalui perbincangan singkat.
Terkadang pula, kita merasa takut mereka akan mengecewakan kita. Bukan hanya terhadap orang lain kita berbuat demikian, tetapi juga terhadap keluarga, pasangan hidup, bahkan anak kita sendiri.
Tak jarang, kita begitu takut menghadapi kekecewaan dan begitu takut untuk dipermalukan di hadapan orang banyak, sehingga kita memilih untuk menurunkan standar pengharapan (lowering expectation) kita akan sesuatu atau atas seseorang.

Lebih baik mencegah daripada harus memperbaiki. Apalagi kalau kita sudah mengetahui terlebih dahulu konsekuensinya. Tetapi sesungguhnya, jika kita membuka hati, berani mengambil risiko untuk menghadapi segala sesuatu, percayalah, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga. Menaruh pengharapan penuh akan hal yang indah yang dapat kita raih dan dapat kita ciptakan. Karena, segala sesuatunya adalah datang dari dalam diri kita sendiri.

Ketulusan adalah sesuatu hal yang indah, yang mendatangkan kebaikan, yang menyempurnakan segala sesuatunya. Jagalah hati, supaya diri kita selalu tulus dan membuka hati, menerima segala sesuatu dengan apa adanya, tanpa embel-embel atau pamrih. Tuhan-lah yang akan membalaskan segala sesuatunya kepada kita. Lakukanlah yang terbaik, dan biarkanlah Tuhan yang menyempurnakannya. Percayalah, apa saja yang kita lakukan, pasti berhasil.

Belajar Dari Kehidupan

Ada seorang bapak bernama Pak Broto yang hidupnya lumayan susah. Dia mempunyai dua orang anak, Eko dab Eki. Eko adalah seorang penjual Minuman Jahe Hangat, sedangkan anaknya Eki seorang penjual Es Kelapa Muda. Kedua Anak Pak Broto ini sudah menikah semua. Pada suatu Hari Pak Broto ini sedang berpikir tentang kedua anaknya sehingga beliau ini menderita penyakit hipertensi yang bisa dibilang cukup parah. Sudah dibawa ke puskesmas dan rumah sakit tapi tidak sembuh-sembuh. Anaknya si Eko dan Eki juga ikut bingung dan susah. Apa sih yang menyebabkan penyakit dari Pak Broto ini?
Pada suatu siang, Pak Broto sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Ia memikirkan mengapa siang ini begitu panas sekali sehingga membuat ia berkeringat. Setelah itu ia berpikir lagi.


“Hmm…Gimana yah nasib anak saya Eko kalo hari panas begini. Padahal anaknya lagi sakit dan butuh obat. Tapi, kalo panas terik kayak gini, siapa yang mau beli Jahe hangatnya yah ?” Geram Pak Broto
Ia terus berpikir siang itu. Ia ingin sekali membantu anaknya, Eko yang anaknya sakit. Tapi, ia sendiri untuk makan saja sulit. Apalagi mau membantu membelikan obat untuk cucunya tadi. Karena kecapekan dalam berpikir, akhirnya Pak Broto tertidur di kursi terasnya. Tiba-tiba saja Pak Broto ini dibangunkan oleh bunyi hujan deras.

Kretek…kretek…kretek…
Akhirnya, dia masuk rumah. Ketika sore hari itu hujan turun dengan derasnya, lagi-lagi Pak Broto berpikir nasib anaknya yang lain (Yah, beginilah orang tua yang sayang kepada kita). Setelah Anaknya Eko yang dipikirkan kali ini iya ganti memikirkan anaknya yang Eki.
Ia berpikir bagaimana nasib anaknya yang bernama Eki, “Mana laku dagangan es kelapa mudanya, kalo hujan deras dan cuaca dingin seperti ini.”

Dia makin punya pikiran yang tidak karu-karuan. Dia memikirkan anaknya Eko yang tadi sudah tidak laris, kali ini kok Eki ga laku juga dagangannya. “Wah gimana nasib anak-anakku ini. Sementara aku, untuk membiayai hidupku sendiri saja tak mampu. Aku ini bapak macam apa.” gerutu Pak Broto.
Akhirnya, Pak Broto jatuh sakit, dia terkena hipertensi. Anaknya si Eko dan Eki tadi yang mendengar bapaknya sakit, segera membawa ke rumah sakit. Namun, ternyata tidak ada hasilnya juga. Salah satu tetangga Pak Broto ada yang jadi dokter. Akhirnya, ia mau memberikan pengobatan gratis pada Pak Broto ini.

Dokter itu bertanya pada Pak Broto, “Pak, sebenarnya bapak ini kok bisa sakit kayak gini, kenapa to Pak? Kan Bapak udah berobat ke mana-mana, tapi kok belum sembuh juga. Kayaknya, sakit bapak ini ada yang aneh.” Tanya Pak dokter.

“Saya juga gak tahu, Dokter,” kata Pak Broto.
“Kalo menurut saya, Bapak sakit karena ada yang mengganjal di pikiran.” Jawab dokter.
”Iya, benar, Dokter,” kata Pak Broto.
”Memangnya apa yang mengganjal pikiran Bapak?” tanya dokter.
“Begini Pak dokter, saya ini kasihan sama anak-anak saya. Saya memikirkan anak saya si Eko saat di panas terik. Saya berpikir apa dagangan si Eko ini akan laku kalo panas terik begini. Karena itu, saya jadi sedih. Belum lagi kalau hujan datang dan cuaca dingin merasuk, saya ganti memikirkan anak saya si Eki, yang sedang jualan Es Kelapa Muda. Mana laku dagangan anak saya. Sementara, saya sebagai bapak tidak bisa bertindak apa-apa.” Kata Pak Broto.

Lalu, dokter itu tersenyum. “Pak, coba mulai sekarang, Bapak balik pikiran Bapak. Jikalau sekarang saat panas terik, bapak pikirkan betapa larisnya dagangan anak Bapak si Eki. Selain itu, saat cuaca dingin dan hujan tiba, pikiran Bapak harus berbalik kepada si Eko, yang sedang laris-larisnya jualan minuman jahe hangat.” Kata Pak dokter.
Lalu Pak Broto itu mengangguk-angguk kepalanya.
Pak Broto pun mengikuti anjuran dokter tadi. Akhirnya, Pak Broto pun sembuh dari sakit hipertensinya, dan hidupnya pun berubah sejak saat itu.

***

Apa sih yang dapat kita petik dari cerita ini? Kita harus senantiasa mensyukuri apa yang kita dapat saat ini, namun banyak sekali orang-orang yang lebih mendramatisir suatu musibah. Padahal, mereka pada waktu yang sama juga mendapatkan sebuah berkah atau kebaikan. Tapi kita sebagai sering kali melupakan sebuah keberuntungan dan lebih mendramatisir suatu musibah yang datang kepada kita. Padahal jika kita mau mensyukuri apa yang telah kita dapat dan sabar serta tawakkal saat musibah datang, Hidup kita lebih tenang.

By Bayu Mukti

Satu Jam saja

Suatu hari, seorang anak kecil datang kepada ayahnya dan bertanya, “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa selama hidup kita?”
Dengan sedikit keheranan, ayahnya memandang anak kecil itu dan berkata, “Tidak, Nak.”
Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi, “Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun?”

Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya.
“Oh Ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan?”
Ayahnya tertawa, “Mungkin tidak bisa juga, Nak.”
“Ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam 1 jam saja?”
Akhirnya, ayahnya mengangguk, “Kemungkinan besar bisa, Nak. Hanya karena rahmat Tuhan-lah yang akan memampukan kita untuk hidup benar.”

Anak ini tersenyum lega. “Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, Ayah. Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, sehingga aku dapat hidup dengan benar….”
Seketika itu sang ayah memeluk putri kecilnya yang telah memberinya pencerahan dengan pertanyaan dan pernyataan lugunya.

***
Marilah kita hidup dari waktu ke waktu, dengan memperhatikan cara kita menjalani hidup ini. Dengan latihan yang paling kecil dan sederhana sekalipun, akan menjadikan kita terbiasa. Apa yang sudah biasa kita lakukan akan menjadi sifat, dan sifat akan berubah menjadi karakter, dan karakter akan menjadi destiny.

Hiduplah 1 jam TANPA kemarahan, tanpa hati yang jahat, tanpa pikiran negatif, tanpa menjelekkan orang, tanpa keserakahan, tanpa pemborosan, tanpa kesombongan, tanpa kebohongan, tanpa kepalsuan. Lalu ulangi lagi untuk 1 jam berikutnya. Hiduplah 1 jam dengan kasih, dengan sukacita, dengan damai sejahtera, dengan kesabaran, dengan kelemahlembutan, dengan kemurahan hati, dengan kerendahan hati, dengan penguasaan diri. Dan, ulangilah untuk 1 jam berikutnya. Jalanilah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan, dengan menjalaninya dari waktu ke waktu, dari 1 jam ke jam berikutnya.

Semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.

Cermin Tua yang terlupakan

Pada suatu ketika, sepasang suami istri, sebutlah Afandi, mengadakan garage sale untuk menjual barang-barang bekas yang tidak mereka butuhkan lagi. Suami istri ini sudah setengah baya, dan anak-anak mereka telah meninggalkan rumah untuk hidup mandiri. Sekarang waktunya untuk membenahi rumah, dan menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi.

Saat mengumpulkan barang-barang yang akan dijual, mereka menemukan benda-benda yang sudah sedemikian lama tersimpan di gudang. Salah satu di antaranya adalah sebuah cermin yang mereka dapatkan sebagai hadiah pernikahan mereka, dua puluh tahun yang lampau.

Sejak pertama kali diperoleh, cermin itu sama sekali tidak pernah digunakan. Bingkainya yang berwarna biru aqua membuat cermin itu tampak buruk, dan tidak cocok untuk diletakkan di ruangan mana pun di rumah mereka. Namun, karena tidak ingin menyakiti orang yang menghadiahkannya, cermin itu tidak mereka kembalikan.

Demikianlah, cermin itu teronggok di loteng. Setelah dua puluh tahun berlalu, mereka berpikir orang yang memberikannya tentu sudah lupa dengan cermin itu. Mereka pun mengeluarkannya dari gudang, dan meletakkannya bersama dengan barang lain untuk dijual keesokan hari.
Garage sale mereka ternyata mendapat banyak peminat. Halaman rumah mereka penuh oleh orang-orang yang datang untuk melihat barang bekas yang mereka jual. Satu per satu barang bekas itu mulai terjual. Perabot rumah tangga, buku-buku, pakaian, alat berkebun, mainan anak-anak, bahkan radio tua yang sudah tidak berfungsi pun masih ada yang membeli.
Seorang lelaki menghampiri Nyonya Afandi. “Berapa harga cermin itu?” katanya sambil menunjuk cermin tak terpakai tadi.

Nyonya Afandi tercengang. “Wah, saya sendiri tidak berharap akan menjual cermin itu. Apakah Anda sungguh ingin membelinya?” katanya.
“Ya, tentu saja. Kondisinya masih sangat bagus,” jawab pria itu. Nyonya Afandi tidak tahu berapa harga yang pantas untuk cermin jelek itu. Meskipun sangat mulus, namun baginya cermin itu tetaplah jelek dan tidak berharga.

Setelah berpikir sejenak, Nyonya Afandi berkata, “Hmm… Anda bisa membeli cermin itu dengan Rp10.000.”
Dengan wajah berseri-seri, pria tadi mengeluarkan dompetnya, menarik selembar uang sepuluh ribuan dan memberikannya kepada Nyonya Afandi.
“Terima kasih,” kata Nyonya Afandi. “Sekarang cermin itu jadi milik Anda. Apakah perlu dibungkus?”
“Oh, jika boleh, saya ingin memeriksanya sebelum saya bawa pulang,” jawab si pembeli.
Nyonya Afandi memberikan izinnya, dan pria itu bergegas mengambil cerminnya dan meletakkannya di atas meja di depan Nyonya Afandi. Dia mulai mengupas pinggiran bingkai cermin itu. Dengan satu tarikan dia melepaskan lapisan pelindungnya dan muncullah warna keemasan dari baliknya.
Bingkai cermin itu ternyata bercat emas yang sangat indah, dan warna biru aqua yang selama ini menutupinya hanyalah warna dari lapisan pelindung bingkai itu!

“Ya, tepat seperti yang saya duga! Terima kasih!” Sorak pria itu dengan gembira. Nyonya Afandi tidak bisa berkata-kata menyaksikan cermin indah itu dibawa pergi oleh pemilik barunya, untuk mendapatkan tempat yang lebih pantas daripada loteng rumah yang sempit dan berdebu.

***

Kisah ini menggambarkan bagaimana kita melihat hidup kita. Terkadang, kita merasa hidup kita membosankan, tidak seindah yang kita inginkan. Kita melihat hidup kita berupa rangkaian rutinitas yang harus kita jalani. Bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur, bangun pagi, pergi bekerja, pulang sore, tidur. Itu saja yang kita jalani setiap hari.

Sama halnya dengan Tuan dan Nyonya Afandi yang hanya melihat plastik pelapis dari bingkai cermin mereka, sehingga mereka merasa cermin itu jelek dan tidak cocok digantung di dinding. Padahal, di balik lapisan itu, ada warna emas yang indah. Padahal, di balik rutinitas hidup kita, ada banyak hal yang dapat memperkaya hidup kita.

Setiap saat yang kita lewati, hanya bisa kita alami satu kali seumur hidup kita. Setiap detik yang kita jalani, hanya berlaku satu kali dalam hidup kita. Setiap detik adalah pemberian baru dari Tuhan untuk kita. Akankah kita menyia-nyiakannya dengan terpaku pada rutinitas? Akankah kita membiarkan waktu berlalu dengan merasa hidup kita tidak seperti yang kita inginkan?

Setelah dua puluh tahun, dan setelah terlambat, barulah Nyonya Afandi menyadari nilai sesungguhnya dari cermin tersebut. Inginkah kita menyadari keindahan hidup kita setelah segalanya terlambat? Tentu tidak. Sebab itu, marilah kita mulai mengikis pandangan kita bahwa hidup hanyalah rutinitas belaka. Mari kita mulai mengelupas rutinitas tersebut dan menemukan nilai sesungguhnya dari hidup kita.
Marilah kita mulai menjelajah hidup kita, menemukan hal-hal baru, belajar lebih banyak, mengenal orang lebih baik. Mari kita melakukan sesuatu yang baru. Mari kita membuat perbedaan!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Free Samples By Mail